Malam ini gue lagi sibuk berkutat dengan segala RPP dan kawan-kawannya yang memusingkan. Gue bermaksud untuk menamatkannya malam ini (Ya, itu niat gue). Tapi sedikit menyedihkan saat gue mendadak galau (Ya, gue galau berat). Gue lagi nunggu (Sengaja) sms dari pacar gue. Gue pengen liat inisiatif dia. Berkali-kali gue pandangi layar hape yang gelap berharap segera bergetar dan muncul icon message di hape gue, namun hingga jam 10 lewat belum ada tanda-tanda kehidupan dari hape gue. Lalu gue pun menggalau di timeline twitter mengungkapkan semua kesedihan gue. Dan tak selang beberapa menit si doi sms. Sms yang yaaa isinya gue harapkan. Karena sedikit kesal gue langsung frontal dengan apa yang ada di otak gue. Ternyata hal itu membuat dia tersinggung, ya, dia tersinggung, padahal gue yang pertama kali tersinggung. Akhirnya gue memutuskan untuk mendinginkan suasana, namun awan panas dari dia memberikan sinyal bahwa dia ingin memulai suatu perdebatan. Dan kami pun mulai jejak pendapat. Satu kata yang membuat hati gue sakit dan air mata mengalir tak henti-hentinya adalah dimana dia berencana untuk mengabaikan untuk menghubungi gue duluan dan bahkan bilang jika dibiarkan 1 hari gak menanyakan kabar gue pun dia sanggup. Ya, hal itu membuat gue benar-benar terluka kali ini. Gue mau curhat aja disini. Lo pada yang gak suka dengerin curhat gue terserah deh. Ini blog gue jadi gue bebas berekspresi. Dan gue berjanji posting ini gak bakal gue postingin di facebook.
Gue, jujur, 1 hari aja gak bisa komunikasi sama dia serasa dunia bagaikan neraka dan begitu sunyi. Itu GUE. Pernah dalam suatu kasus, dimana si doi waktu itu balik ke kampungnya dan memang sebelumnya pernah bilang disana gak ada sinyal jadi bakal susah ngubungi gue. Gue mencoba memaklumi. Tapi saat gue sadar kalau dia jauh disana dan tanpa kabar, neraka pun tergambar jelas di mata gue. Bahkan semenit aja gak komunikasi, gue bisa GILA, ya, GILA. Tapi gue gak nyangka dia bisa ngomong kayak gitu. Ya, gue sedih.. sediiiiiiiiiiihhhhhhhhh banget. Gue benar-benar tersinggung. Gue mencoba untuk tegar sekarang. Mencoba tidak menangis ataupun menulis hal-hal yang menyakitkan di jejaring sosial milik apapun yang gue miliki. Walaupun mata gue udah merah banget dan kepala gue sakit karena terlalu susah untuk menahan air mata agar gak keluar.
Padahal, gue gak pernah minta lebih, cuma perhatian itu aja. Apa gue gak berhak dapat perhatian dari dia? Gue sebagai cewek juga pengen dikhawatirin terus, ditanyain terus, dicariin terus. Ya, itu GUE. Gue beda sama yang lainnya. Gue cewek yang kaku dan gak terlalu suka untuk memulai duluan. Maka dari itu gue selalu mencari pacar yang bisa imbangi kekakuan gue ini. Ya, setidaknya gue tau satu hal kalau si doi belum sepenuhnya mengenal karakter gue, begitu juga gue ke dia.
Gue gak mau memandang hape sekarang, gak mau. Gue takut gue bakal terlalu sakit untuk membaca balesan sms dari dia karena sms terakhir yang gue kirimkan udah sangat menyakitkan bagi gue untuk gue kirimin ke dia. Gue takut salah bicara lalu membuat dia membenci gue seumur hidupnya. Berkali-kali gue sortir sms terakhir gue lalu setelah menganggap kalimat terakhir sudah cukup halus, gue kirimin ke dia dan berharap dia bisa menangkap maksud di balik semua itu dan seperti biasa berhasil menenangkan gue. Tapi gue takut kali ini dia gak bisa nenangin gue karena menyangkut ego-nya sebagai cowok. Ya, gue mengerti, lebih baik gue diam saja sendiri, menjauh sesaat darinya agar dia mengerti apa yang saat ini sedang gue rasakan.
Gue emang mandiri, semua orang bilang gitu. Tapi semandirinya gue, gue tetep cewek yang butuh dimanja dan disayang serta selalu dimengerti. Jangan karena gue mandiri, dia bisa seenaknya mempertahankan ego-nya dan meminta gue berperilaku sebagaimana seorang cewek dewasa yang mandiri.
Ini hubungan dewasa. Ya, gue tau, kami sama-sama udah kuliah dan sedang menempuh hubungan berpacaran yang dewasa dan tidak selalu bertengkar karena ego masing-masing layaknya para ababil. Gue tau itu.
Air mata masih mengalir ditemani alunan lagu yang galau banget. Ahhhhh, completely suitable with my feeling right now. Lupakan tentang RPP, TEFL, dan sebagainya. Gue sedang galau berat. Terkadang gue ingat dengan perkataan abang sepupu gue, sebut saja Glenn.
Waktu itu gue lagi ngobrolin tentang masalah percintaan gue dengan seseorang dari masa lalu dengan si Glenn. Dia memberikan gue masukan yang luar biasa dan bilang, sampe sekarang gue masih inget kata-katanya.
"Gue sebagai cowok yang berjuang untuk seorang cewek akan mempertahankan cewek itu dan mencintai dia tanpa meminta apapun atau menuntutnya untuk membalas cinta gue. Dia udah nerima gue sebagai pacarnya itu udah cukup. Dan setelah itu, gue akan pertahankan dia dengan tulus mencintainya sampai dia sendiri yang gak bisa melepaskan gue dari hidupnya lagi. Cowok sejati adalah yang begitu."
Itu kata-kata yang Glenn ucapkan dan sampai sekarang masih gue inget. Cowok seperti itukah yang gue inginkan? Ya, kurang lebih. Gue orang yang keras kepala dan egois luar biasa yang terkadang gak bisa gue kendalikan sendiri. Oleh sebab itu gue pengen pacar gue ngerti apa yang sebenarnya gue rasakan dan bisa memaklumi sifat jelek gue itu. Karena sejauh ini gue menerima dia apa adanya. Gue gak meminta balasan tapi hanya butuh sedikit pengertian dan kelembutan yang bisa mematahkan ego gue. Itu aja.
Maaf, gue jadi curhat gini. Gue gak tau harus cerita kemana dan akhirnya hanya bisa menyalurkan lewat tulisan ini.
-Giovani Trixie S.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar